Srikandi
Dalam Dilema
”Ngelamun aja entar kesambet lo,” Rifky
yang tiba tiba datang melemparkan sebuah novel di pangkuan Alza, Alza masih
diam tidak menghiraukan.
“Wuiiihh! apaan tu? liat liat”.
Rifky mengambil paksa kertas di depan Alza.
“Eh, jangan... kembaliin, nggak?Kembaliin!”
“Cukup aku tau kamu memujanya di
belakangku, kamu membukakan pintu hati untuknya di belakangku, tapi apa daya
aku tak berhak untuk cemburu apa lagi
marah dan membencimu, cukup sampai di sini. Biarlah Allah yang menegurmu jika
itu bagian dari hilafmu. Ciieee”...
“Uda puas...?!! nggak sekalian aku
ambilin mikrofon biar semua orang tau!!” Alza marah dan pergi meninggalkan Rifky.
Rifky dan Alza sudah besahabat dari
mereka masih duduk di kelas X hingga sekarang saat kelas XII pun mereka beradadi
kelas yang sama. Rifky selalu ada buat Alza, meskipun 99,99% dia lebih sering
membuat Alza jengkel. Sifatnya yang jail slalu membuat Alza marah.Menurut Alza
jailnya itu berlebihan atau kalau orang Jawa bilang“Kebablasen”.
“Za, maaf deh maaf, janji nggak diulangin
lagi, beneran ... janji.... satu mangkuk chiken
noodledi kantin deh buat nebus salahku. Mau ya, mau.... please“.
“Apanya yang nggak diulangin? Baru kemaren
kamu janji nggak ngulangin lagi, baru kemaren juga aku dapet penebusan janjimu,
dan baru kemaren juga ak....” Rifky cepet cepet menutup mulut Alza dan segera
mengandeng tangan Alza lalu menyeretnya ke kantin.
“Jeelllleekkkk...!!! nggak buat
kali ini enggak mau,” Alza mengembungan kedua pipinya, dan melilitkan kedua
tanganya di perut.
“Yah, uda terlanjur aku pesenin. Please deh, kita kan temen, temen banget
malahan. Ayolah maafkan kesalahan besar sahabatmu yang kece bin...”. Alza tidak
menghiraukan ocehan Rifky. Alza masi memikirkan tentang suratnya yang ditulis buat
seseorang tadi, Alza takut jika banyak orang yang sudah mendengarnya.
”Ya Allah neng Alza yang cantik
jelita dan juga manja, maaf kalo udah obrak abrik prifasi kamu. Sekali sekali
cerita dong, katanya udah iklas, udah ridho buat ngelepas dia, tapi kenapa di
bawah kertas tadi masi tertulis Taa....”
“Stop, ini mienya enak cobain deh,”
Alza menutup mulut Rifky dengan sesendok kuah mie yang sedang dinikmatinya.
***
Sore
itu suasana hati Alza tidak karuan, dia melihat jam yang tergantung di dinding
kamar, pukul 3 sore dan dipastikan lagi kalo
hari ini adalah tanggal 19. Hari ini dia ada janji dengan Tama.
Tama adalah X-someone spesial di hati Alza. Sebenarnya belom menjadi X, mungkin
karna hubungan mereka di ambang kehancuran atau kalo diperibahasakan seperti
“telur di ujung tanduk”. Alza bingung antara datang atau tidak. Jika Alza
datang, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Tama dan buruknya jika sampai
Alza membuat aliran sungai kecil di pipinya. Tapi jika dia tidak datang
bagaimana bisa dia memperjelas semua problema yang ada di kisahnya beberapa
bulan ini.
Setelah difikir matang-matang, Alza
memutuskan untuk berani melangkahkan kakinya di taman. Di sana sudah telihat Tama
yang duduk menghadap langit. Sore itu suasana memang sangat sepi, hanya terasa
hembusan pepohon yang lembut dan aroma
bunga di sore hari.
“Ehhemmm...”
“Eh,
Za!sudah datang, sudah dari tadi ya di belakang ku?”
“Enggak
kok baru aja”.
Suasana pun hening kembali, mereka
hanya duduk sambil memikirkan sesuatu yang ada di fikiran masing-masing. Satu
sama lain sebenarnya ada yang ingin diungkapkan tapi harus memulai pembicaraan
dari mana, mereka tidak ada yang tau. Lalu kebisuan mereka dipecahkan oleh nada
dering HP Tama yang berbunyi.
Menatap indahnya senyuman di wajahmu
membuatku terdiam dan terpaku....
Tama
segera merogoh kantung saku celananya dan mencari HP. Tapi begitu HP ada
di tanganya, tiba-tiba mati.
“Masi
itu nadanya?” Alza tersenyum kecil. Sebenarnya dia tidak perlu menanyakan hal
itu, itu hal yang wajar jika nada HP Tama belum diganti, tapi dia tidak tau
harus memulai pembicaraan dari mana hingga pertanyaan itu muncul.
“Iya
dong, ini kan lagu kita,” sejenak Tama berhenti dan menguatkan diri untuk mengenggam
tangan alza dan melanjutkan pembiacaraan.
”Za, maaf ya aku uda buat banyak
salah sama kamu. Terlalubanyak kesalahfahaman di antara kita, seandainyapun kamu nggak bisa maafin aku, aku
pantas menerima semua ini”
“Iya, nggak papa....”
“Mugkin
butuh banyak waktu untuk menjelaskan semua, perlahan kamu pasti akan
mengerti. Mungkin jika kita hanya
berteman saja itu jauh lebih baik dari sekarang, iya kan?” Alza hanya terdiam,
dia tidak mengira jika pertemuan ini akan berbuah seperti ini. Semua selesai. Hanya
tinggal serpihan kaca yang sulit untukdisatukan lagi. Fikiran Alza melayang,tangannya
berubah menjadi dingin, dadanya sesak hingga dia hanya menunduk saja. Untunglah
HP Alza segera memerkik dan dibukanya
ada satu pesan.
“ Lihat
ke belakang, ikut aku jalan jalan” satu pesan dari Rifky yang ternyata dari
tadi mengikuti di belakang Alza. Kemudian Alza memaksa wajahnya untuk
tersenyum, meyadari Rifky yang ada di belakanganya.
“Maaf,
Tam aku harus pergi. Makasih ya buat hari ini,” Alza melemparkan sebuah senyum
dan beranjak melangkahkan kakinya menjauhi Tama. Tama masi terpaku matanya mengikuti setiap langkah kaki Alza, hingga tiba-tiba
dia dikagetkan oleh sebuah tangan dari belakang.
“Hai,
Brooo, jari kelingking aku beri, uda buat hancur hati seorang srikandi. Dasar
hati batu,” Rifky sangat kecewa melihat perlakuan Tama kepada sahabatnya. Rifky
tau betapa cintanya Alza pada Tama.
“Eh, nggak usa ikut campur masalahku,
salah kalo hatiku memang hati batu? Aku memang
cuma bisa nyakitin hati sahabatmu, ambil dia buat kamu, ambil bahagiakan dia,”
muka Tama memerah, dia termakan emosi.
“Hahhhh!! nggak perlu perintah. Aku
memang lebih bisa bahagiain Alza, lebih dari yang kamu bisa dan aku nggak akan
pernah ngasih dia teman di dalam hatiku,
hanya dia,just Alza, ingat itu!” Rifky
meninggalkan Tama. Dan berlali mengejar alza yang sudah lebih dulu melangkah
pergi.
“Shiitttt.... RRRIIIFFFFKKYYYYYY!!!!”
***
Alza
duduk di bangku taman di tempat yang agak jauh dari kejadian tadi. Dia membuka
tas dan mengeluarkan sebuah novel, lalu sebuah surat yang diselipkan di dalam
novel jatuh. Matanya yang sudah tidak tahan menahan air yang ada di kantung
matanyapun akhirnya pecah juga dan di ambil surat yang jatuh itu. “Heeyyyy, srikandy
nggak boleh cengeng,” dari kejauhan terdengar suara Rifky yang memanggilnya Alza
memasukan segera suratnya ke dalam tas.
“Eh, itu surat yang mau di kasihin
Tama tapi nggak jadi yaa? udah deh ngak usah ditutupi aku uda tau kali”
“Enggak, apaan sie?”
“Tuh airmatanya diusap dulu, jelek
tau masa seorang srikandi nangis, haha..”
“Ye, siapa yang nangis, tunggu
tunggu, sejak kapan kamu manggil aku srikandi, ha?” Alza mengusap air mata yang
ada di pipinya, sambil mencoba mengalihkan pembicaraanya.
“Ya mulai sekarang, masa iya kamu
aku panggil Arjuna, haha... Iya mau dipanggil Arjuna?” Rifky terus berusaha menghibur
Alza.
“Hah ! terserah deh, nggak logis
alasanmu,so monoton”
“Biarin, yang penting itu air
matanya uda nggak keluar lagi, dan sinar mataharinya uda sedikit terpancar, tuh
tuh, haha..”
***
Keadaan di sekolah sangat gaduh dan
semua orang telihat sibuk dengan tugasnya masing-masing karna besok ada lomba
kebersihan kelas. Rifky sedang sibuk memasang hiasan-hiasan yang menempel di
dinding bagian atas. Melihat postur tubuhnya yang tinggi tugas itu memang
pantas untuk dibebankan pada dia. Saat sedang sibuk sibuknya melakukan
tugasnya, matanya memutari seisi
ruangan, tidak dilihatnya batang hidung sahabatnya.
“Eh, Rif ! emang Alza uda putus
sama Tama?” Rifky dikejutkan oleh pertanyaan Mili yang ternyata ada di bawahnya
dari tadi.
“Ya ampun Mil, ngagetin aja, “ Rifky
beranjak turun dari tangga lalu mendekat Milli.
“Sorry sorry, emang bener ya sekarang Tama sama Rena? Mili
melanjutkan pertanyaan lainya.
“ KEPO banget sie, Mil, mana aku
tau tanya sendiri sama yang bersangkutan..”
“Yee dasar pelit, kamu kan sahabat
Alza pasti tau, liat mereka berdua deket baget, liat deh”
“ I Don’t Care Mil..., ah nggak asekkk, liat Alza nggak?”
“Oh, Alza! tadi aku liat dia di
depan perpus, gimana jawabannya?”
“Whatever, aku mau cari Alza dulu,” Rifky meninggalkan Mili yang
KEPO dengan hubungan sahabatnya. Rifky emang enggan menjelaskan pada orang yang ingin tau tentang Alza, itu bukan
urusan Rifky, dia hanya ingin membuat Alza bahagia, dan yang lain whatever.
“Sial, Alza”
Rifky melihat Alza menuju kelas,
dia tidak mau jika Alza melihat Tama sedang berduaan mengobrol dengan Rena.
Rifky tau hati Alza pasti sakit jika melihat itu. Entah apapun yang dibicarakan
mereka tapi yang pasti Alza ngak boleh melihatnya. Rifky kemudian mencegah Alza
dan mengajaknya pergi menjauh dari kelas..
“Ehhh, apa apaan sie? aku mau naruh
novel ini di dalam kelas,” Alza yang menolak ajakan Rifky.
“Emergenci, ikut aku deh, nggak boleh nolak”. Mereka berdua duduk di
pinggir lapangan basket yang kebetulan memang sudah sedikit jauh dari ruang
kelas.
“Emergenciapanya, ini yang dinamakan emergensi? cuman duduk di sini, panas tau”
“Hehe bentar bentar, kamu mau aku
ajarin renang nggak?
“Renang? Sejak kapan kamu bisa
renang? bukanya kemaren waktu renang, kamu nggak bisa dan aku, aku yang harus
ngerjain makalah kamu sampe segebok, terus sekarang mau nawari ngajari aku
renang. Heh, jelek! mimpi apa semalam, apa jangan jangan obatnya abis, hh? Aku
beliin deh”
“Yaelah aku cuman bilang satu
kalimat situnya nyerocos kemana mana, Neng neng, tadi pagi sarapan pakek apa?
Sarapanya pakek kaset ya sampe ngak berhenti berhenti nyanyinya, wkwk.” Rifkynggak
mau kalah membuly Alza.
“Aku serius ini, apa aku kembali
aja ke kelas ya?” Alza memulai langkahnya untuk pergi kembali ke kelas.
“Eh jangan-jangan!! aku punya
sebuah kalimat buat kamu, khusus buat srikandi ku, hehe..”
“Apa?” Alza penasaran dan
melototkan kedua matanya.
“Dengerin .... kamu... iya, kamu
yang memaksaku untuk berenang, berenang mengarungi dalamya lautan cinta, tapi
setelah aku menyelam ke dalamnya kamu tinggalkan aku sendiri dan kamu biarkan
aku karam di dalamnya itulah kamu, kekasih batuku... hehe bagus nggak?”
“Iiidiiiihhh sok puitis”
“Heh,it is Realiti”
“Ohh jadi nyindir?oke oke nggak papa, setengah jempol buat
kariyamu kali ini, tapi dia nggak seperti itu, dia hanya sedang kehilangan arah saja.”
“Yakin gitu?”
“Iya dong, seperti lagunya Jordan Hill
.... if you lose your way, thing back on
yesterday, remember me this way, remember me this way”
“Stop stop, fales banget, gendang telingaku sampek mau pecah, ya ya
terserah deh” (andai kamu tau Za)
***
Satu minggu kemudian keadaan
berubah, Alza merasa kehidupanya kembali seperti bulan bulan lagu. Badai kini
berlalu sirna sudah bersama hadirnya Tama yang kembali dalam hidup Alza. Alza memutuskan
untuk menelefon Rifky, sudah lama rasanya dia tidak mengobrol bersama
sahabatnya yang satu ini...
“Tuutt...tuuttt..... halo assalamualaikum Rifky...”
“Waalaikumsalam, yah siapa?” suara Rifky terlihat masi malas karna
baru bangun tidur.
“Ih cuci muka dulu gih, ini Alza”
“Oh, Alza! masi butuh orang?” matanya langsung
melek mendengar yang telfon adalah Alza.
“Butuh lah... aku mau cerita ni,
tapi cuci muka dulu gih”
Setelah beberapa saat kemudian”Iya uda, apa?”
“Kayaknya
aku mau baikan lagi nie sama Tama,menurutmu gimana? dia uda kembali seperti Tama
beberapa bulan yang lalu, ini Tama aku banget Rifky, aku takut nyesel kalo nolak balikan sama dia,
aku harus ngasi jawabanya nanti, gimana?”
“Huuuaaaaammmm,
udahkan?”
“Apanya
yang udah, gimana pendapatmu, ngak conet sama sekali di mintain pendapat?”
“Aku
ngantuk banget, ini kan hari minggu biasanya aku juga masi molor kalo jam
segini, huuaaammm...”
“Nah
itu uda bisa bicara banyak, ya uda deh selamat tidur, aku nanti mau ketemuan
sama dia jam 3 di taman kemaren itu,,, bye
Rifky, tut tutt”
“Iya,”
Alza andai kamu tau sebenarnya apa
yang terjadi, aduh Rifky apa sie guna kamu di sini, kenapa nggak bisa mengatakan
apa yang sudah kamu lihat, hah bodoh sekali kamu Rifky bodoh.
***
Alza datang lebih awal jam 2.30 menit dia sudah sampai taman itu.
Dari kejauhan dia melihat Tama yang sudah duduk di sana, Alza tersenyum melihat
Tama yang sudah datang. Ternyata bukan hanya dia saja yang ingin segera
bertemu, dan bisa mengobrol bersama tapi ternyata Tama juga. Saat Alza sudah semakin dekat tiba-tiba di
lihatnya Rena yang lebih dulu menghampiri Tama. Alza memutuskan untuk berhenti
di tempatnya sekarang dan memperhatikan mereka dari kejauhan.
“Maa, Sayang agak lama ke
toiletnya,” Rena lalu duduk di samping Tama,
lalu dia melihat jam tangan di tanganya.
“Sayang ini sudah setengah 3, aku
pulang dulu, uda di tungguin mama”
“iya
hati hati di jalan, maaf nggak bisa nganterin”. Merekaberdua pun cipika cipiki, seperti
pasangan anak muda lainya yang sedang merajut kasih. Mereka tidak menyadari ada
Alza yang sedang memperhatikan mereka.
Saat itu sungai kecil di pipi Alza
tak terbendung lagi bahkan salju abadi yang ada di puncak gunung Jaya Wijayapun ikut meleleh merasakan
perasaan Alza saat itu. Tiba-tiba ada yang menarik Alza, siapa lagi kalo bukan
Rifky.
“Sudah, ingat srikandi nggak boleh
nangis” Rifky mengajak Alza duduk dan mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
Tapi saat ini air mata Alza sulit untuk berhenti. Kemuadian Rifky menyadarkan
kepala Alza di bahunya, berharap membuat Alza tenang.
“Ky,
betapa waktu 30 menit itu sanggup mengubur cinta sedalam apapun. Andai
aku tidak datang lebih awal aku tidak akan tau kenyataan yang sebenarnya. Ternyata
selama ini dugaanku benar. Aku hanya bersembunyi di belakang waktu untuk
menolak kenyatan ini”.
“Heemm
bukankah Allah mengirimkan yang salah terlebih dahulu sebelum yang sejati di
datangkan?”
“ALZA,
aku fikir kamu hanya sebatas teman dengan Rifky, hingga aku mati-matian
menghilangkan rasa cemburuku pada dia, tapi ini balasnya?” ucap Tama yang
datang menghampiri Alza.
“Bukankah
ini yang kamu inginkan, kita hanya teman kan?” Alza beranjak berdiri sambil
mengusap air matanya, berusaha terlihat tegar di hadapan Tama.
“Teman?
Lalu cinta kita?”
“Cinta
kita?Tidak, itu hanya cinta mu. Aku tidak pernah mencintaimu, Tama. Aku hanya
berbohong selama ini, aku hanya melakukan sebuah drama, dan aku berhasil”
“kamu
bohong... kamu mencintaiku”
“kamu
puas tenggelam di dalam dramaku, Tama? kamu menikmatinya?”
“ya
kalian berhasil menjerat ku... ALZA KAMU
HA....SHIITTT semoga kalian bahagia” Tama pergi dengan membawa kesalhfahaman
yang ada.
Alza
pun menangis sejadi jadinya. Dia melakukan hal yang sangat berlawanan arah
dengan kata hatinya. Melakukan hal yang tidak pernah ada di fikiranya
sebelumnya membuat kebohongan besar kepada orang yang sangat dicintainya.
“Kamu baik baik saja ?” Rifky
yang hawatir dengan keadaan Alza.
“Ya! kamu tau, kadang saat kita
melukai orang yang kita cinta, luka yang kita tanggung jauh lebih sakit dari
orang itu ...”
“Tenang, masi ada aku yang aka
mamulihkan lukamu “
“Haaa?!!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar